Surga bagi pencinta sayuran

Udara yang panas dan kering belakangan ini membuat saya lebih suka makan sayuran. Tiap minggu saya bermain ke pasar tradisional dekat sekolah Gilang, yaitu pasar Pakem. Cukup berjalan kaki saja, sekalian olahraga, setiap hari senin dan jumat saya menyempatkan diri ke pasar untuk membeli sayuran dan bumbu dapur.

Sebelumnya saya tidak terlalu suka dengan pasar tradisional, pertama karena harus menawar, memilih dan panas-panasan, terkadang suasana sekitar pasar cukup semrawut menyangkut parkir dan menyebrang jalannya. Tapi entah mengapa sudah dua bulan ini tampaknya saya ketagihan menjelajah pasar. Pertama, sayuran lebih banyak macamnya, lebih murah, dan lebih segar, kedua, saya suka interaksi saya dengan masyarakat lokal. Menawar, membeli dan bercakap-cakap dengan penjual-penjual yang ramah khas Jogja ini selalu memberi inspirasi buat tetap semangat menjalani hari.

Di post kali ini saya mau sharing sedikit tentang kerjaan saya sebagai Mentri Urusan Dapur di rumah, yaitu berburu sayuran segar. Kemarin saya sempatkan mengambil foto, ketika berbelanja di pasar dan penjual favorit saya.

Setelah beberapa kali berbelanja kemudian saya mulai tahu bagaimana tips dan tricks memilih sayuran yg benar-benar segar baru dipetik dan variannya, karena harganya pun berbeda-beda tergantung kondisi dan jenisnya

Dari segi harga, mungkin tidak usah dipertanyakan lagi, sayuran di pasar tradisional, biasanya di-oper langsung dari petani, yang kebetulan sangat banyak di sekitaran Kaliurang dan Muntilan. Seperti brokoli, daun kol, bunga kol, aneka jamur segar, bisa mudah di dapatkan dan kondisinya bersih dan segar. Biasanya saya tidak banyak menawar, hanya selalu menanyakan harga per kilonya, lalu mulai menawar bergantung kondisi sayuran, dan kuantitas, karena biasanya lebih banyak yang dibeli, harga bisa ditawar. Kekurangan dari sayuran yang dibeli di pasar biasanya kondisinya kotor, akarnya masih bertanah. Tapi menurut saya itu justru pertanda sayuran baru dipetik dan tidak banyak menggunakan pestisida.

Nah, beruntungnya lagi, hari ini mama yang banyak kenalan kemudian mengajak berkunjung ke perkebunan sayur milik keluarga temannya di desa sambi, Jl. Kaliurang km 19. Mungkin teman-teman ada yang pernah dengar, karena desa ini temasuk tujuan wisata agro dan outbound, karena kebetulan letaknya yang sangat berdekatan dengan Kali Kuning.
Jika belakangan isu kemarau ramai diberitakan, desa Sambi hari ini tetap hijau, subur dan menawan. seusai menjemput Gilang, kami siap memetik sayur, kali ini lalapan bule, Aneka salada dan bumbu khas yang banyak digunakan dalam kuliner Italia dan Perancis.

Desa Sambi yang memang area perkebunan sayur dan buah


Gilang dan aksi nya berkebun selada

Look what i got in my hand

Kata mbaknya: " Ayo mbak dicabut-dicabut, silahkan"
Ini ngambil fotonya di rumah, langsung saya cuci dan tiriskan nyuum, lumayan ada beberapa ulat ikut sampai di rumah hehehe

daun basil sukaan ku (humm, masak apa ya ?)

Tomat ceri dan parsleyy, tomatnya gak terlalu manis, tapi lumayan bangett buat salad

Daun mint di hari yang panas, ummm
Nice khan? What a pleasure bisa ke kebunnya langsung, sebagai pencinta sayuran, saya sempat merasa di surga sewaktu berada di sana, subur bangett lahannya. Selain itu tepat di area yang sama, saya bisa melihat Kali Kuning, dari atas (posisi saya di ketinggian), dan bisa dilihat ada group yang sedang melakukan kegiatan outbound. Wah, menyenangkan sekali, kapan ya bisa piknik disini? Mungkin buat beberapa orang yang trauma dengan kejadian Merapi 2 tahun lalu enggan untuk tinggal di daerah Kaliurang, tapi bagi petani sayuran, Kaliurang adalah sumber kehidupan yang luar biasa, tanah yang subur, air yang melimpah. Yup, life is about choices dan saya memilih untuk segera ke dapur dan memikirkan mau masak apa. Sampai di post berikutnya guys, thanks for stopping by muach!

Chinta

Komentar

Postingan Populer